Sudah hampir 2 bulan asap menyelimuti berbagai daerah di
Indonesia. Dan saya pun turut merasakan kabut asap tersebut. Satu minggu yang
lalu tepatnya. Ketika saya dan suami bertemu di Pekanbaru. Sebelum memutuskan
untuk berangkat ke Pekanbaru, saya memastikan bahwa penerbangan sudah dibuka di
sana, namun setelah beberapa hari asap mereda, kabut asap mulai menebal lagi
sampai sekarang. Alhamdulillah nya pesawat saya pesawat terakhir yang bisa mendarat
di bandara SSK II, karena setelah itu jarak pandang di bandara menurun.
Wisata asap, kami menyebutnya. Karena memang ketika jalan
jalan di Pekanbaru hawa yang nampak hanyalah asap yang menebal. Hari Sabtu kami
pergi ke Kota Pelalawan, menjenguk saudara. Dan bebar saja, di sana kabut lebih
tebal daripada di Pekanbaru.
Entah harus menyalahkan siapa? Para pengusaha yang mau
untungnya saja? Pemerintah daerah? Pemerintah pusat? Atau Presiden? Korban sudah
banyak berjatuhan, kejadian ISPA semakin tinggi, dikhawatirkan pada bayi dan
balita dapat menyebabkan infeski saluran napas bawah yang jika tidak
mendapatkan pertolongan segera bisa menimbulkan keadaan yang semakin parah.
Seharusnya pemerintah punya POWER untuk menyelesaikan, namun
entah mengapa saya merasa pemerintah sekarang kurang tegas dalam mengatasi
kejadian ini. Dan mungkin banyak faktor yang mempengaruhi ketidaktegasan ini
dan entah apa faktor – faktor tersebut? I do not really want to speculate. Yang
pasti kita doakan pemerintah kita punya keberanian dan ketegasan untuk
menanggulangi bencana ini. Setahun yang lalu penanggulanagan bisa lebih cepat,
kenapa tahun ini tidak?
Semoga Allah membukakan jalan bagi semua pihak yang berupaya
menanggulangi bencana ini dan semoga Allah mengampuni dosa dosa para pemimpin
dan kita semua sebagai manusia yang suka khilaf dan banyak dosa.
Allahul musta’an.
wahh nana bisa ngelihat dan ngerasain langsung ya dsana
ReplyDeleteaku disini cuma kebayang aja,.. udah sedih banget rasanya
gimana disana ya... :(
come on pemerintah ... !
yes, emang sedih kalo kesana, but Alhamdulillah sudah mulai mereda sekarang
DeleteThis comment has been removed by the author.
Delete